Rabu, 11 Februari 2009

Karakter Suatu Negara Bisa dilihat dari Filmnya?

Minggu lalu saya diajak teman menonton film Indonesia. Seperti biasa kalo nonton film Indonesia, ada perasaan deg-degan karena jujur aja, jarang yang berkualitas. Mungkin 50 banding 1, hehehe (maaf yah). Setiap kali masuk gedung theater atau bioskop untuk menonton film Indonesia, saya harus ngomong, ”tabek datok, tabek datok, cucu nonton film Indonesia takut sial”. Dan sayapun pasti jadi pusat perhatian. Habis film Indonesia enak untuk di cela. Karena mungkin sutradaranya senang untuk dicela alias kontroversial.

Memang sih, untuk terkenal harus siap untuk di cela, bahkan ada pepatah Arab mengatakan; kalau mau terkenal kencingi Ka’bah, nauzubillah min dzalik.

Kenapa, ya?

Jujur aja, kita harus mengeluarkan uang Rp. 15.000,- sampai dengan Rp. 25.000,- kemudian disuguhi film yang tidak berkesan dan kita setelah menontonnya tidak membawa bayangan indah atas film itu.

Lihat aja, dari judulnya aneh-aneh, isinya ga jelas. Kalau kita bandingnkan dengan film India atau Cina atau Hongkong setidaknya ada kesan yang didapat. Setiap nonton film India saja, saya bisa membayangkan betapa kecantikan wanita ala timur yang selalu dibungkus oleh busana sari. Luar biasa, apa sih hebatnya? Ga ada hebat-hebatnya film-film bollywood tapi tetep aja ada 1 milyar manusia yang nonton.

Begitu juga film Cina, paling soal silat, kong fu, mafia atau triad, tapi kalu sudah bicara soal kerjaan-kerajaan masa lalu Cina, wah luar biasa hanya film-film barat yang mampu mengalahkannya. Itupun rasanya tak tertandingi. Seolah-olah Cina ingin mengatakan kami penguasa daratan terkuat di dunia. Film Cina yang seperti itu seolah-olah ingin mengukuhkan dirinya sebagai bangsa yang berpengaruh di dunia.

Film-film Amerika lain lagi. Negeri Paman Sam, filmnya pasti bisa ditebak, orang baik yang menang. Lihat aja Superman, Batman, dan sebagainya sampai film-film tentang konspirasi politik, intelejen, tentara, perang melawan ditaktor salalu dengan simbolisasi ada kekuatan jahat dan baik. Kekutan baik selalu memengkan pertarungan.

Gaya film Hollywood seperti itu, pastilah memuakkan apalagi bila perang melawan bangsa lain yang selalu dianggap teroris. Tapi itulah watak Amerika selalu benar dan menang karena baik atau yang baik selalu menang. Makna terdalamnya mengajarkan kepada penonton sekuat apapun kejahatan bisa dilawan dan pada akhirnya kejahatan akan kalah. Dia merepresentasikan kegigihan bangsa Amerika untuk menjadi pembela kebaikan lihat aja film tentang Irak, atau berbau-bau padang pasir, hehehe. Dalam film-film tentang konspirasi pun begitu, kegigihan seorang polisi yang membongkar kejahatan akhirnya berbuah pada keberhasilan.

Lain, Amerika lain Inggris, Film dinegeri ini sejatinya sama dengan Amerika Cuma lebih realistis terkang kebaikan tidak dengan seketika menang namun lambat laun tetap menang. Dan seringkali orang yang jahat dalam film-film Inggris akhirnya menyadari kesalahannya dan kemudian menjadi orang baik.

Nah, film-film Jerman unik, seringkali film-film Jerman menggambarkan kesedihan dimana kebenaran akhirnya kalah. Sehingga penonton dipaksa untuk muak menjadi orang menang tapi berlaku jahat. Dan, penonton disadarkan betapa untk menjadi baik atau berprilaku baik itu sulit karena tidak harus memangkan pertarungan sekalipun itu dalam film.

Kalau India, jelas akhirnya pasti bisa ditebak dengan perkawinan, artinya simbol kekeluargaan dan persatuan menjadi penting buat negera itu. Disamping itu, bila terjadi kejahatan maka hukum yang adil harus ditegakkan sekalipun melawan hukum negara harus dilakukan sehingga film India terkadang bebau pembalasan dendam. Dan dengan berdarah-darah jagoannya bangkit melawan kejahatan serta akhirnya menang dan mendapatkan cinta...hehehe. India tea..

Film bangsaku...

Susah banget ditebak, walau sebenarnya gampang banget tapi ga jelas apa yang mau diajarkan kepada penonton? Sehingga harus menyediakan sekian kilobite memori otak untuk mengingatnya? Masak hantu bisa menang? Harus kontroversi terus, kadang-kadang agama dikritik, pemerintah dikritik, budaya dikritik, rumah tangga dikritik? Kontroversi. Setelah itu, hilang tanpa kesan.

Pernah sih, ada yang bagus, Ayat-ayat Cinta, yang membuat orang yakin ada kehidupan yang bergairah dengan nuansa lain yang patut diketahui. Tapi setelah itu, ga ada, ada juga, Laskar Pelangi...

Sepertinya, visi film Indonesia itu harus diperbaiki dan tidak jadi kontroversi karena kontroversi itu hanya sesaat saja dan motifnya kelihatan hanya jualan. Karena hanya jualan maka tidak ada pelajaran yang dipetik, karena tidak ada pelajaran yang dipetik maka selalu dilupakan.

Apa susuhnya membuat film tentang kerajaan aceh yang berperang mealwan Portugis di Malaka? Hikayat Putri Hijau? Atau bercerita tentang seorang prajurit yang jatuh cinta dengan orang Timor Lorosae pada saat dia diterjunkan untk berperang melawan Tetara komunis di Timtim tahun 1970-an, wah keren sebenarnya tinggal kemampuan meriset dikuatkan.

Lihatlah film Lord Of The Ring, dengan kekuatan riset mereka menghasilakan film box office yang berkualiatas.

Oke dech, semoga film Indonesia bangkit, ya. Tabe datok tabe datok gue ga rugi nonton film....?
(lim, 12/02/09.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar