Rabu, 11 Januari 2012

Mahasiswa Ditangkap Saat Aksi Mengenang Tragedi Ujungpandang

Senin, 28 April 1997


BANDUNG -- Aksi peringatan satu tahun tragedi Ujungpandang di Bandung diwarnai penangkapan dan bentrokan. Aksi yang berlangsung di parkir selatan Universitas Padjadjaran Bandung itu, berlangsung Sabtu (26/4).



Sebelum aksi berlangsung, pihak Unpad sempat melakukan pemeriksa kartu mahasiswa yang hendak masuk kampus. Menurut petugas yang berjaga di pintu masuk, saat itu kampus hanya diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum. Mahasiswa yang berasal dari fakultas lain --terutama ilmu komunikasi -- wajib menyerahkan kartu mahasiswanya kepada petugas.


Hal itu membuat segerombolan mahasiswa terpaksa tertahan di depan pintu parkir selatan Unpad. Termasuk yang tertahan itu adalah mahasiswa yang hendak menggelar unjuk rasa. Setelah sekitar 5 jam pemeriksaan terus berlangsung, akhirnya saat tepat pukul 11.00, para pengunjuk rasa menggelar aksinya di depan pintu masuk Unpad bagian selatan.



Ketika aksi baru dimulai, beberapa mahasiswa terlihat ada yang bergerak ke tengah jalan. Hal itu membuat para pengunjuk rasa yang lain membentangkan tali plastik untuk membatasi massa agar tidak ke tengah jalan.



Belum lima menit aksi digelar, tiba-tiba puluhan petugas keamanan dengan seragam lengkap menyerbu para pengunjuk rasa itu. Kedatangan pasukan anti huru-hara yang begitu mengejutkan, membuat massa kalang kabut. Bahkan petugas pemeriksa kartu mahasiswa tak luput dari tendangan mahasiswa yang berebut masuk kampus.



Karena pintu yang dibuka terlalu sempit, sebagian mahasiswa memanjat pagar agar bisa masuk kampus. Sedang sebagian mahasiswa yang belum sempat masuk, terpaksa melakukan bentrokan fisik dengah dua peleton pasukan anti huru-hara serta URC (Unit Reaksi Cepat) Polresta Bandung Tengah. Ketika sebagian mahasiswa berhasil masuk, mereka langsung melakukan pelemparan batu ke arah polisi Ketika bentrokan sedang berlangsung polisi berhasil menangkap seorang demonstran. Dia adalah M. Halim (21) mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 1995. Menurut seorang mahasiswa, Juandi Rewang, pihaknya memang sempat mendengar bahwa petugas keamanan sedang memburu mahasiswa tersebut. "Barangkali saat inilah moment yang mereka anggap tepat untuk menciduk Halim," ujarnya.



Dalam bentrokan itu tidak ditemukan adanya mahasiswa maupun petugas yang cedera. "Yah, mereka hanya memukul kami dengan rotan. Jadi diantara teman-teman kami hanya sedikit sakit saja," ujar Eci (22), mahasiswa yang juga turut aksi.



Saat ditemui di lapangan, Kapolres Bandung Tengah, Letkol Dadang Rusli belum bisa berkomentar. Yang jelas, hingga petang kemarin, Halim, masih berada di Binmas (Bimbingan Masyarakat) Polwiltabes Bandung untuk dimintai keterangan. "Soal pembebasannya itu tergantung Pak Erwin (Kapolwil)," tutur seorang aparat kepolisian yang enggan disebut namanya.



Bahkan seorang rekan mereka yang menyusul ke Polwiltabes, juga belum kembali hingga menjelang maghrib. Akhirnya, seorang aktivis Eko Arief Noegroho bersama Pembatu Dekan III Fakultas Ilmu Komunikasi Drs. Hadi Suprapto Arifin, Msi, kembali menyusul ke Polwiltabes. Namun hingga sekitar pukul 18.30 mereka belum juga kembali.



Akhirnya sekelompok mahasiswa itu terus melakukan aksi duduk di depan pintu parkir selatan Unpad. Menurut Juandi, pihaknya akan melakukan aksinya hingga semua rekan mereka dibebaskan oleh pihak Polwiltabes.



Sebenarnya, saat berada di lapangan pihak Binmas Polwiltabes sudah bersedia 'melepas' pengunjuk rasa tersebut, jika mereka segera bubar.



Menurut komandan pasukan anti huru-hara Polresta Bandung Tengah, Letda Sukanda, alotnya negosiasi tersebut, disebabkan oleh kerasnya sikap mahasiswa terhadap petugas. "Padahal, kalau mereka bisa bersikap tenang, kami bisa lebih enak dalam bernegosiasi," ungkapnya.





irf/mei
Republika Online [LINK] [ISMAP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar